Petis dan Liwet

Uih sakola urang pepetisan di tambakan balong yuuk!

Hampir setiap hari itulah yang terjadi setiap pulang sekolah. Main bersama di area kolam ikan dengan agenda utama adalah membuat rujak petis. Di daerah Priangan, rujak petis adalah rujak buah-buahan lokal (nanas, mangga muda, mentimun, pepaya muda, dll) dengan saus dari kacang, gula aren, cabe rawit, ditambah asem dan terasi. Setiap orang ditugaskan membawa buah, bumbu, atau cobek. Setelah semua anggota berkumpul, langsung pergi ke tempat yang telah ditentukan. Potong-potong buah, uleg-uleg bumbu, cicip-cicip rasa, cocol-cocol buah, ngobrol-ngobrol sampai adzan Ashar berkumandang dari masjid Al-Ikhlash.

Jika akhir pekan, biasanya agendanya agak berbeda yaitu liliwetan, alias membuat nasi liwet bareng-bareng dengan menggunakan kompor darurat dari tiga batu yang disusun membentuk tungku. Ada yang bertanggung jawab terhadap matangnya nasi. Ada yang menjadi PJ sambal terasi. Ada yang membawa seikat daun singkong untuk lalapan. Ada yang bertugas goreng tempe atau tahu. Setelah matang, selembar daun pisang disiapkan, semua nasi ditumpahkan ke atasnya. Lauk, lalapan, sambal disusun di atasnya. Semua peserta liliwetan duduk berhadap-hadapan untuk menyantap hidangan.

Berbicara tentang petis, sejak 12 tahun yang lalu, telah terjadi perubahan fundamental dalam diri saya saat memaknainya (tsah…). Sekarang, jika mendengar kata petis bukan lagi rujak buah-buahan segar yang terbayang dalam pikiran saya. Melainkan tahu tek, ikan bakar dan sambel petis, tajin palapa, rujak cingur, dan semua kuliner daerah tapal kuda berbasis petis merah atau hitam. Ternyata di belahan Pulau Jawa bagian timur, petis adalah nama bumbu dari rebusan ikan laut/udang/kupang yang dimasak dalam waktu lama hingga membentuk pasta yang lengket dan gurih.

Berbicara tentang nasi liwet, saya sudah memahami dan menerima perbedaan nasi liwet Sunda dan Solo sejak lama. Nasi liwet Solo adalah nasi gurih yang dimasak dengan metode liwet dengan lauk tumis pepaya muda, telur putih, dan suwiran ayam. Sedangkan nasi liwet Sunda identik dengan nasi yang dimasak dalam panci kastrol dengan disertai irisan bawang merah, cabai merah/rawit, sereh, daun salam, dan ikan asin yang langsung dimasak bersama nasi.

Alhamdulillah, betapa kaya kuliner nusantara dan saya sangat bersyukur bisa menikmati varian-variannya. Sampai-sampai, ada komentar: ini memang lidahnya yang adaptif atau memang doyan (nggragas).

No comments yet

Leave a comment