Perjalanan memberikan ASI untuk Izza

Di sebuah buku, penulis melontarkan pertanyaan yang membuat saya merenung: “Apa alasan seorang Ibu memberikan ASI untuk anaknya?”
Apakah supaya bayinya kenyang dan sehat? Jika memang hanya itu, lalu apa bedanya sang Ibu dengan induk makhluk lainnya?

16 bulan 14 hari yang lalu, diawali dengan IMD yang dibantu oleh dokter dan bidan baik hati, dimulailah perjalanan ini.
Lingkungan Rumah Sakit yang sudah pro-ASI ditambah dukungan dari Ibu dan Suami, alhamdulillah memudahkan semuanya.
Sampai hari ketiga, kelima, ‘hanya’ kolostrum yang tersedia untuk Izza yang sempat jaundice (kuning).
“Ayo, lebih rajin lagi Bu! Dua jam sekali dibangunin, diberi ASI supaya cepat hilang kuningnya,” pesan Dokter.

Pulang ke rumah, sempat babyblues, kuantitas ASI masih segitu-gitu aja. Belum ada pertambahan signifikan. Dibantu sayuran hijau, suplemen katuk, kacang kedelai, sari kurma, madu, air putih, doa dan mood yang baik, akhirnya perlahan ASI mulai deras. Izza mulai tenang, ga sering rewel lagi. Tidur mulai nyenyak, alhamdulillah. Semua butuh proses 🙂
Luka, sakit, kuantitas ASI yang turun naik, beberapa kali terbangun di tengah malam, adalah hal yang harus dilewati.

Setelah enam bulan, tiba saatnya untuk kembali ke kampus dan berpisah beberapa jam di siang hari dengan Izza. Cukup berat awalnya, apalagi Izza menolak minum ASIP (ASI Perah). Akhirnya, setiap jeda kuliah dimanfaatkan untuk Pulang-Pergi (jalan cepat) ke Daycare di seberang kampus. Capek? Jelas, tapi bahagia 🙂
Saat si muslimah kecil sakit dan hanya mau minum ASI, kuantitasnya semakin deras.
Saat sibuk dan jarang nengok Izza ke daycare, kuantitasnya perlahan drop.
Subhanallah ya, supply ASI itu memang sesuai dengan demand-nya.

Sempat, di saat supply ASI sangat minim, Izza (waktu itu 12m+) ditawari susu UHT dan langsung dilepeh-lepeh. Akhirnya dibikin agar-agar susu yang menjadi favoritnya. Sampai sekarang, Izza memang ga suka susu, tapi suka produk olahannya: yoghurt dan keju. Terus, pernah juga beli susu formula lanjutan, terlalu manis, Izza ga mau.  Alhamdulillah, sampai detik ini, masih diberikan kesempatan untuk memberikan salah satu hak Izza yang mendasar  : ASI,  meski kuantitasnya mulai berkurang seiring dengan bertambahnya asupan makanan lainnya yang bisa dikonsumsi oleh si muslimah kecil.

Yap, semoga kami bisa mengantarkan Izza dalam perjalanan ini, sampai ia bisa melepasnya sendiri. Menyapihnya dengan cinta, bukan dengan paksaan. Namun, di atas semua itu, semoga semua upaya kami dalam memberikan ASI untuk Izza mendapat ridho dan bernilai ibadah di hadapan Allah SWT (Amin).

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf…” (Qs. Al-Baqarah 233).

4 comments so far

  1. kimong on

    terharu membacanya, melihat kegigihan perjuanganmu…

  2. indz on

    wah.. teringat betapa perjuangannya di bulan2 pertama.. bangun tengah malam dsb.. tapi little Lingga 2minggu udah ditinggal pergi bundanya dan udah minum asi perah, jadi alhamdulillah sudah terbiasa sekarang.. mudah2an bisa exklusif juga sampai 6 bulan aminn. nanti share tempat daycare nya izza ya hehe

  3. indz on

    dsb ==> *di 1 bulan pertama

  4. novi on

    wah, lingga (dan ayah bundanya) hebat! 😀 udh terampil minum ASIP ya…


Leave a reply to novi Cancel reply